STRATEGI ‘WASHBACK’
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS
By Hamdani
Di dalam pengajaran bahasa
asing atau bahasa Inggris, ada empat kemampuan yang perlu diajarkan oleh para
guru kepada siswanya. Kemapuan tersebut
yaitu membaca, mendengar, berbicara dan kemampuan menulis. Kemampuan
bahasa yang paling disegani dan ditakuti oleh siswa adalah kemampuan menulis,
karena menulis itu sangat sulit dan komplek. Kesulitan mereka tidak hanya pada kekurangan vocabulary, penulisan
kata, penggunaan grammar, membuat kalimat, mengembangkan paragraf, tapi juga
keterbatasan waktu. Disamping itu, kepercaan diri dan motivasi mereka juga sangat
menurun.
Meskipun pelajaran menulis itu dianggap paling
sulit dan menakutkan bagi siswa; akan tetapi para guru bahasa harus mengajarkannya,
karena pelajaran menulis itu tidak hanya dipelajari atau diajarkan di tingkat
sekolah menengah pertama, tetapi juga akan diajarkan di sekolah tingkat
lanjutan atas dan bahkan sampai keperguruan tinggi. Oleh karena itu, guru harus
menemukan solusi atau cara bagaimana mengatasi kesulitan tersebut. Menurut
penulis, penggunaan washback strategies adalah cara yang tepat yang bisa
digunakan guru untuk membantu mengatasi kesulitan anak dalam mengatasi siswa
dalam belajar menulis.
Sebelum penulis
mengungkapkan bagaimana Washback
Strategies itu bekerja dalam membantu mengatasi kesulitan siswa dalam
belajar menulis, penulis ingin menjelaskan pengertian dari kata ‘Washback’ itu sendiri terlebih dahulu. Kata ‘Washback’ di dalam kamus bahasa Inggris mempunyai
arti yang sangat jauh berbeda dengan arti yang digunakan dalam sebuah teori
dalam penelitian. Bahkan Para ahli pendidikan mengungkapkan bahwa definisi
washback itu sangat komplek sehingga banyak para ahli pendidikan mempunyai
sudut pandang yang berbeda- beda dalam mendifinisikan kata washback.
Menurut Shohamy bahwa washback was the connection between testing and learning. Sedangkan
menurut Brown washback was the effects of an
assessment on teaching and
learning prior to the assessment itself, that is, preparation for the
assessment. Berdasarkan pendapat diatas, penulis melihat bahwa definisi
washback adalah terletak pada kata ‘pengaruh’ yang terjadi di dalam kegiatan
proses belajar mengajar terutama pada proses ‘penilaian atau test’ (the effects
of test or assessment).
Assessment
atau test adalah bagian yang
sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena ia merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan oleh guru untuk mengukur dan mengetahui kemampuan,
pengetahuan, dan performance siswa, disamping keberhasilan guru dalam mengajar.
Oleh karena itu, penilaian harus dibuat, direncanakan, dan disusun dengan baik
oleh setiap guru jika mereka ingin siswanya tidak mengalami kesulitan lagi
dalam belajar menulis. Elton stated that
if the teachesr wanted to change the student learning, they must change the
assessmeent system in advance.
Di
dalam pembuatan ‘the assessment system’ yang
baik maka seorang guru harus mencantumkan washback strategies, karena washback
strategies itu merupakan alat atau instrumentnya assessment atau test. Sebagai
contoh, ketika seorang siswa tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik maka
seorang guru tidak boleh menyatakan siswa malas dan bodoh, akan tetapi seorang
guru harus melakukan instroveksi diri, apakah soal yang dibuat assessment tidak bisa dikatakan baik dan
berhasil jika tidak ada washback strategiesnya di dalamnya. Di dalam ‘washback strategies’, ada dua bagian
yang sangat penting yang dapat digunakan guru yaitu ‘praise, dan feedback.
Kata ‘praise’ atau pujian biasanya digunakan pada siswa yang mampu
melakukan tugas dengan baik, seperti ‘good job’. Pujian adalah sangat penting
bagi siswa karena dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk melakukan tugas
yang lebih baik lagi pada tugas berikut. Bropphy
states that Teacher praise is one tool that can be a powerful motivator for
students. Daly states that teacher
praise can motivate and offer encouragement by focusing on effort rather than
on product.
Selain pujian, guru juga bisa menggunakan
‘feedback’. Kata ‘feedback’ biasanya
digunakan oleh guru terhadap siswa yang banyak kesalahannya dalam melakukan
tugas. Kata –kata yang digunakan dalam ‘feedback’ biasanya berupa saran atau
komentar yang baik dan tidak menyinggung perasaan siswa. Jika saran atau
komentar guru yang digunakan dalam ‘feedback’ baik maka akan mempunyai pengaruh
yang sangat positif dalam memotivasi belajar siswa. Hyland stated that Feedback
can be viewed as an important process for the improvement of writing skills for
students. Menurut Black and Wiliam, there
are two main functions of feedback: directive and facilitative. Directive
feedback tells the student what needs to be fixed or revised. Such feedback
tends to be more specific than facilitative feedback, which provides comments
and suggestions to help guide students in their own revision and
conceptualization.
Kesimpulannya adalah kesulitan apapun yang
dihadapi siswa dalam pelajaran menulis akan dapat diatasi jika ada kemauan dari
guru yang ikhlas untuk melakukan perbaikan- perbaikan diri dalam mengajar, seperti
dengan memberikan ‘praise’ dan’ feedback’, dan merubah sistem penilaian
sebagiamana diuraikan diatas.
Comments
Post a Comment