Smart, creative, and inpirative

Dimana Peran Guru sebagai Agent of Change ?.

Image
 Peran Guru sebagai Agen Perubahan Guru sebagai agent of change memiliki peran sentral dalam transformasi pendidikan, dengan tanggung jawab tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi penggerak inovasi, pembentuk karakter, dan inspirator perubahan sosial (Fullan, 2007). Dalam era yang terus berkembang, guru harus mampu beradaptasi dan memanfaatkan teknologi untuk menciptakan pembelajaran yang relevan dan efektif. Lebih dari itu, guru juga berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai sosial, moral, dan lingkungan kepada siswa, mempersiapkan mereka menjadi warga negara yang bertanggung jawab. A. Inovasi Pendidikan   – Menggunakan Metode Pembelajaran Kreatif dan Membangun Pola Pikir Kritis Siswa. Inovasi pendidikan adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan relevan dengan kebutuhan siswa di era modern (Drucker, 1998). Guru sebagai agent of change harus mampu mengembangkan dan menerapkan metode pembelajaran yang kreatif, yang ti...

Washback Strategy dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis


STRATEGI  ‘WASHBACK’  UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS

 By Hamdani

                   Di dalam pengajaran bahasa asing atau bahasa Inggris, ada empat kemampuan yang perlu diajarkan oleh para guru kepada siswanya. Kemapuan tersebut  yaitu membaca, mendengar, berbicara dan kemampuan menulis. Kemampuan bahasa yang paling disegani dan ditakuti oleh siswa adalah kemampuan menulis, karena menulis itu sangat sulit dan komplek. Kesulitan mereka  tidak hanya pada kekurangan vocabulary, penulisan kata, penggunaan grammar, membuat kalimat, mengembangkan paragraf, tapi juga keterbatasan waktu. Disamping itu, kepercaan diri dan motivasi mereka juga sangat menurun.
                  Meskipun pelajaran menulis itu dianggap paling sulit dan menakutkan bagi siswa; akan tetapi para guru bahasa harus mengajarkannya, karena pelajaran menulis itu tidak hanya dipelajari atau diajarkan di tingkat sekolah menengah pertama, tetapi juga akan diajarkan di sekolah tingkat lanjutan atas dan bahkan sampai keperguruan tinggi. Oleh karena itu, guru harus menemukan solusi atau cara bagaimana mengatasi kesulitan tersebut. Menurut penulis, penggunaan washback strategies adalah cara yang tepat yang bisa digunakan guru untuk membantu mengatasi kesulitan anak dalam mengatasi siswa dalam belajar menulis.
                   Sebelum penulis mengungkapkan bagaimana Washback Strategies itu bekerja dalam membantu mengatasi kesulitan siswa dalam belajar menulis, penulis ingin menjelaskan pengertian dari kata ‘Washback’  itu sendiri terlebih dahulu. Kata ‘Washback’ di dalam kamus bahasa Inggris mempunyai arti yang sangat jauh berbeda dengan arti yang digunakan dalam sebuah teori dalam penelitian. Bahkan Para ahli pendidikan mengungkapkan bahwa definisi washback itu sangat komplek sehingga banyak para ahli pendidikan mempunyai sudut pandang yang berbeda- beda dalam mendifinisikan kata washback. 
             Menurut Shohamy bahwa washback was the connection between testing and learning. Sedangkan menurut Brown washback  was the effects of  an  assessment on teaching and learning prior to the assessment itself, that is, preparation for the assessment. Berdasarkan pendapat diatas, penulis melihat bahwa definisi washback adalah terletak pada kata ‘pengaruh’ yang terjadi di dalam kegiatan proses belajar mengajar terutama pada proses ‘penilaian atau test’ (the effects of test or assessment).
         Assessment atau test adalah bagian yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena ia merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk mengukur dan mengetahui kemampuan, pengetahuan, dan performance siswa, disamping keberhasilan guru dalam mengajar. Oleh karena itu, penilaian harus dibuat, direncanakan, dan disusun dengan baik oleh setiap guru jika mereka ingin siswanya tidak mengalami kesulitan lagi dalam belajar menulis. Elton stated that if the teachesr wanted to change the student learning, they must change the assessmeent system in advance.
          Di dalam pembuatan ‘the assessment system’ yang baik maka seorang guru harus mencantumkan washback strategies, karena washback strategies itu merupakan alat atau instrumentnya assessment atau test. Sebagai contoh, ketika seorang siswa tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik maka seorang guru tidak boleh menyatakan siswa malas dan bodoh, akan tetapi seorang guru harus melakukan instroveksi diri, apakah soal yang dibuat  assessment tidak bisa dikatakan baik dan berhasil jika tidak ada washback strategiesnya di dalamnya. Di dalam ‘washback strategies’, ada dua bagian yang sangat penting yang dapat digunakan guru yaitu ‘praise, dan feedback.
          Kata ‘praise’ atau pujian biasanya digunakan pada siswa yang mampu melakukan tugas dengan baik, seperti ‘good job’. Pujian adalah sangat penting bagi siswa karena dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk melakukan tugas yang lebih baik lagi pada tugas berikut. Bropphy states that Teacher praise is one tool that can be a powerful motivator for students. Daly states that teacher praise can motivate and offer encouragement by focusing on effort rather than on product.
      Selain pujian, guru juga bisa menggunakan ‘feedback’. Kata ‘feedback’ biasanya digunakan oleh guru terhadap siswa yang banyak kesalahannya dalam melakukan tugas. Kata –kata yang digunakan dalam ‘feedback’ biasanya berupa saran atau komentar yang baik dan tidak menyinggung perasaan siswa. Jika saran atau komentar guru yang digunakan dalam ‘feedback’ baik maka akan mempunyai pengaruh yang sangat positif dalam memotivasi belajar siswa. Hyland stated that Feedback can be viewed as an important process for the improvement of writing skills for students. Menurut Black and Wiliam, there are two main functions of feedback: directive and facilitative. Directive feedback tells the student what needs to be fixed or revised. Such feedback tends to be more specific than facilitative feedback, which provides comments and suggestions to help guide students in their own revision and conceptualization.
         Kesimpulannya adalah kesulitan apapun yang dihadapi siswa dalam pelajaran menulis akan dapat diatasi jika ada kemauan dari guru yang ikhlas untuk melakukan perbaikan- perbaikan diri dalam mengajar, seperti dengan memberikan ‘praise’ dan’ feedback’, dan merubah sistem penilaian sebagiamana diuraikan diatas.

Comments

Popular posts from this blog

How to Cultivate Focus and Emotion to Our Students?

Bagaimana Peran Guru dalam Kegiatan Pembelajaran di Era Digital dan IT?

What are the Effects of the Socractic Method on the Students' Critical Thinking Skill?