Cara Mengantasi Siswa yang Misbehave
Siswa masuk ke sekolah/kelas mempuyai latarbelakang keluarga, kemampuan, lingkungan, atau kondisi yang berbeda. Ada siswa yang berasal dari educated family, uneducated family, broken family, haves, and have not. Mereka itu semua tentu mempunyai prilaku yang berbeda- beda di kelas. Keberagaman prilaku dan potensi yang ada pada mereka tentu merupakan tantangan bagi seorang pendidik.
Tantangan seorang pendidik atau guru secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu siswa yang mempuyai potensi atau keluarga yang baik, dan siswa yang mempunyai prilaku yang kurang educated atau misbehave.
Bagi siswa yang mempunyai latarbelakang keluarga atau kondisi serta prilaku yang baik tentu tantangannya adalah membantu siswa dalam mengembangkan potensi atau pengalamannya yang mereka miliki. dalam membantu pengembangan pengalaman atau potensi tersebut tidaklah mudah karena setiap siswa tentunya mempunyai potensi atau pengalaman yang berbeda- beda, dan juga dalam mengatasinya tentu dengan cara yang berbeda beda.
Keberagaman Potensi atau pengalaman yang berbeda- beda inilah yang menyebabkan sulitnya menerapkan teori pembelajaran"constructivism", atau constructivist approach, sehingga sampaat ini perlu adanya pendekatan atau teoori pembelajaran yang sesuai atau tepat.
Disamping itu, ada tantangan yang sangat besar bagi guru dalam mengajar atau mendidik, yaitu menghadapi siswa yang misbehave. siswa yang misbehave tidak hanya berhubungan dengan kondisi belajar atau disiplinya dalam belajar; akan tetapi, siswa yang misbehave biasanya sering berprilaku tidak sopan alias suka melawan dengan guru. Untuk mengatasi siswa yang misbehave ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu:
1. Adanya Perjanjian Antara Sekolah dengan Orang Tua dan diketahui oleh Komite sekolah
Surat perjanjian antara orang tua dengan pihak sekolah yang diketahui oleh komite sekolah adalah mempunyai kekuatan bagi guru untuk melakukan tindakan terhadap siswa yang misbehave. Guru tidak akan kena sangsi apapun jika bertindak sesuai dengan surat perjanjian antara orang tua dengan pihak sekolah.
Didalam mengimplementasikan surat perjaanjian antara orang tua dengan pihak sekolah yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan disaksikan oleh komite sekolah, maka perlu disosialisasikan terlebih dahulu dengan baik kepada siswa agar siswa benar- benar mengetahui, memahami dan mematuhinya peraturan tersebut.
2. Adanya Peraturan yang Dibuat Bersama antara Guru dengan Siswa
Jika seorang guru atau pendidik ingin mengajar dengan berhasil, efektif dan tertib maka perlu dibuat peraturan bersama antara guru dengan siswa. Peraturan tersebut harus mengikat kedua belah pihak, seperti bagi siswa atau guru yang terlambat masuk kelas lebih dari lima menit maka guru atau siswa tersebut dilarang masuk, siswa tidak boleh bercanda dan bagi yang melanggar peraturan tersebut maka siswa akan dikeluarkan dari kelas, dan lain- lain.
Peraturan tersebut harus dilengkapi dengan sebuah laporan atau catatan yang akan dilaporkan kepada kepala sekolah dan orang tua setiap bulannya. Dengan pencatatan dan laporan ini maka akan mengurangi adanya misbehave siswa dan begitu juga akan berdampak peningkatan kedisipinan etos kerja guru.
3. Ketegasan dalam Mengajar
Tugas seorang guru memang berat karena guru merupakan orang tua siswa di sekolah,yang mempunyai tugas mengajar, mendidik, memberi contoh yang baik, mengayomi dan lain lain. Namun di dalam mendidik siswa itu tidak mudah karena siswa tersebut mempunyai potensi dan prilaku yang berbeda, khusus untuk siswa yang berprilaku buruk/misbehave, seorang guru disamping mempunyai peraturan juga harus tegas kepada siswanya ketika mengajar. Karena dengan ketegas tersebut akan berpengaruh terhadap siswa baik siswa yang misbehave atau siswa lainya. Disamping itu, Sikap ketegasan juga dapat meningkatkan kewibawaan diri seorang guru terhadap siswanya.
4. Adanya Penegakan Hukum yang adil
Penegakan hukum sebaiknya adil baik itu kepada siswa atau guru, yaitu jika ada siswa yang berkelakuan buruk/misbehave siswa dilindungi oleh HAM dan solusisanya cukup dengan damai dan maaf memaafkan; akan tetapi, jika guru yang bersalah apakah ada perlindungan HAM dan jalan damai alias saling maaf memaafkan.
Namun dewasa ini, jika guru yang bersalah walaupun salahnya cuma sedikit seperti menjiwir telinga siswa, maka orang tua sulit diajak damai bahkan ada yang melaporkan ke kepolisian, sampai akhirnya guru dipenjara karena dianggap salah.
Jadi, jika kondisi ini tidak diambil tindakn dan dibiarkan berlarut- larut, tanpa dicari solusi yang tepat maka pihak yang paling dirugikan adalah pihika guru. karena, pihak gurulah yang sering mendapatkan cemohan dari masyarakat, hukuman dan kehilangan pekerjaan.. Mudah- mudahan para guru senantiasa mendapat perlindungan dari Alloh SWT.
Comments
Post a Comment