IMPLEMENTASI WASHBACK STRATEGY DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS
Di dalam pengajaran bahasa asing atau bahasa Inggris,
ada empat kemampuan yang perlu diajarkan oleh para guru kepada siswanya.
Kemapuan tersebut yaitu membaca,
mendengar, berbicara dan kemampuan menulis. Kemampuan bahasa yang paling
disegani dan ditakuti oleh siswa adalah kemampuan menulis, karena menulis itu sangat
sulit dan komplek. Kesulitan mereka tidak hanya pada kekurangan vocabulary, penulisan
kata, penggunaan grammar, membuat kalimat, mengembangkan paragraf, tapi juga
keterbatasan waktu. Disamping itu, kepercaan diri dan motivasi mereka juga sangat
menurun.
Meskipun pelajaran
menulis itu dianggap paling sulit dan menakutkan bagi siswa; akan tetapi para
guru bahasa harus mengajarkannya, karena pelajaran menulis itu tidak hanya
dipelajari atau diajarkan di tingkat sekolah menengah pertama, tetapi juga akan
diajarkan di sekolah tingkat lanjutan atas dan bahkan sampai keperguruan
tinggi. Oleh karena itu, guru harus menemukan solusi atau cara bagaimana
mengatasi kesulitan tersebut. Menurut penulis, penggunaan washback strategies
adalah cara yang tepat yang bisa digunakan guru untuk membantu mengatasi
kesulitan anak dalam mengatasi siswa dalam belajar menulis.
Sebelum penulis
mengungkapkan bagaimana Washback
Strategies itu bekerja dalam membantu mengatasi kesulitan siswa dalam
belajar menulis, penulis ingin menjelaskan pengertian dari kata ‘Washback’ itu sendiri terlebih dahulu. Kata ‘Washback’ di dalam kamus bahasa Inggris mempunyai
arti yang sangat jauh berbeda dengan arti yang digunakan dalam sebuah teori
dalam penelitian. Bahkan Para ahli pendidikan mengungkapkan bahwa definisi
washback itu sangat komplek sehingga banyak para ahli pendidikan mempunyai
sudut pandang yang berbeda- beda dalam mendifinisikan kata washback.
Menurut Shohamy
bahwa washback was the connection between
testing and learning. Sedangkan menurut Brown washback was the effects of an
assessment on teaching and
learning prior to the assessment itself, that is, preparation for the
assessment. Berdasarkan pendapat diatas, penulis melihat bahwa definisi
washback adalah terletak pada kata ‘pengaruh’ yang terjadi di dalam kegiatan
proses belajar mengajar terutama pada proses ‘penilaian atau test’ (the effects
of test or assessment).
Assessment atau test adalah bagian yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar, karena ia merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru
untuk mengukur dan mengetahui kemampuan, pengetahuan, dan performance siswa,
disamping keberhasilan guru dalam mengajar. Oleh karena itu, penilaian harus
dibuat, direncanakan, dan disusun dengan baik oleh setiap guru jika mereka
ingin siswanya tidak mengalami kesulitan lagi dalam belajar menulis. Elton stated that if the teachesr wanted to
change the student learning, they must change the assessmeent system in advance.
Di dalam
pembuatan ‘the assessment system’ yang
baik maka seorang guru harus mencantumkan washback strategies, karena washback
strategies itu merupakan alat atau instrumentnya assessment atau test. Sebagai
contoh, ketika seorang siswa tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik maka
seorang guru tidak boleh menyatakan siswa malas dan bodoh, akan tetapi seorang
guru harus melakukan instroveksi diri, apakah soal yang dibuat assessment tidak bisa dikatakan baik dan
berhasil jika tidak ada washback strategiesnya di dalamnya. Di dalam ‘washback strategies’, ada dua bagian
yang sangat penting yang dapat digunakan guru yaitu ‘praise, dan feedback.
Kata ‘praise’ atau pujian biasanya digunakan
pada siswa yang mampu melakukan tugas dengan baik, seperti ‘good job’. Pujian
adalah sangat penting bagi siswa karena dapat memberikan motivasi kepada siswa
untuk melakukan tugas yang lebih baik lagi pada tugas berikut. Bropphy states that Teacher praise is one
tool that can be a powerful motivator for students. Daly states that teacher praise can motivate and offer encouragement by
focusing on effort rather than on product.
Selain pujian,
guru juga bisa menggunakan ‘feedback’. Kata ‘feedback’
biasanya digunakan oleh guru terhadap siswa yang banyak kesalahannya dalam
melakukan tugas. Kata –kata yang digunakan dalam ‘feedback’ biasanya berupa
saran atau komentar yang baik dan tidak menyinggung perasaan siswa. Jika saran
atau komentar guru yang digunakan dalam ‘feedback’ baik maka akan mempunyai
pengaruh yang sangat positif dalam memotivasi belajar siswa. Hyland stated that
Feedback can be viewed as an important process for the improvement of writing
skills for students. Menurut Black and
Wiliam, there are two main functions of feedback: directive and facilitative.
Directive feedback tells the student what needs to be fixed or revised. Such
feedback tends to be more specific than facilitative feedback, which provides
comments and suggestions to help guide students in their own revision and
conceptualization.
Kesimpulannya adalah kesulitan apapun yang dihadapi siswa
dalam pelajaran menulis akan dapat diatasi jika ada kemauan dari guru yang
ikhlas untuk melakukan perbaikan- perbaikan diri dalam mengajar, seperti dengan
memberikan ‘praise’ dan’ feedback’, dan merubah sistem penilaian sebagiamana
diuraikan diatas.
Comments
Post a Comment