Smart, creative, and inpirative
Bagaimana cara Membuat Siswa Betah di Kelas/Sekolah?
- Get link
- X
- Other Apps
6 LANGKAH MEMBUAT SISWA BETAH DI SEKOLAH
1. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif
Lingkungan belajar yang konduksif merupakan bagian yang sangat urgent agar proses kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal.
Kondusif lingkungan mengacu pada
lingkungan yang mendukung dan memfasilitasi proses pembelajaran dan pertumbuhan
siswa. Lingkungan yang kondusif mencakup berbagai faktor, seperti keamanan,
kenyamanan, ketertiban, dan dukungan sosial.
Beberapa faktor yang dapat
menciptakan lingkungan yang kondusif di dalam kelas antara lain:
a. Keamanan fisik
Siswa harus
merasa aman di dalam kelas dan lingkungan sekolah secara keseluruhan. Hal ini
dapat dicapai dengan memastikan bahwa kelas dan gedung sekolah dilengkapi
dengan sistem keamanan yang memadai dan ada prosedur untuk mengatasi situasi
darurat.
b.Kenyamanan
Siswa harus merasa
nyaman di dalam kelas dan merasa bahwa mereka memiliki tempat yang aman untuk
belajar dan berekspresi. Hal ini dapat dicapai dengan memastikan bahwa kelas
memiliki ventilasi yang baik, pencahayaan yang memadai, dan kursi yang nyaman.
c. Ketertiban
Siswa harus menghormati aturan dan tata tertib di dalam kelas. Hal ini dapat dicapai dengan menyediakan aturan yang jelas dan konsisten, serta memastikan bahwa konsekuensi yang tepat diberikan jika aturan tersebut dilanggar.
d. Dukungan sosial
Siswa harus
merasa didukung oleh guru dan teman-teman sekelas. Hal ini dapat dicapai dengan
menciptakan kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok, memberikan umpan
balik positif, dan memberikan dukungan yang diperlukan jika siswa mengalami
kesulitan dalam pembelajaran.
Dengan menciptakan lingkungan yang kondusif di dalam kelas, siswa dapat merasa aman dan nyaman dalam proses pembelajaran mereka, serta terinspirasi untuk mencapai potensi penuh mereka
2. Melibatkan Siswa dalam Kegiatan-Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler mempunyai daya tarik tersendiri tidak hanya bagi siswa tapi juga orang tua. Namun secara umum keterlibatan siswa dalam kegiatan ektarkurikuler dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi manfaat bagi siswa dan sisi perasaan orang tua.
a. Manfaat dari Sisi Siswa
Manfaat keterlibatan kegiatan ektrakurikuler bagi siswa kurang lebih ada 5 manfaat yaitu:
1. Meningkatkan keterampilan social
Kegiatan ekstrakurikuler seperti
klub atau tim olahraga memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi
dengan teman sebaya dan belajar bekerja sama dalam kelompok. Hal ini dapat
membantu meningkatkan keterampilan sosial dan kemampuan komunikasi siswa.
2. Meningkatkan kepercayaan diri
Melalui partisipasi dalam kegiatan
ekstrakurikuler, siswa dapat mengembangkan keterampilan baru dan mencapai
prestasi yang lebih tinggi. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri
dan rasa percaya diri siswa.
3. Meningkatkan keterampilan
akademik
Kegiatan ekstrakurikuler yang
terkait dengan bidang akademik seperti debat, jurnalistik, atau matematika
dapat membantu meningkatkan keterampilan akademik siswa dan memperluas pengetahuan
mereka di luar kelas.
4. Membantu mengembangkan minat
dan bakat
Melalui kegiatan ekstrakurikuler,
siswa dapat mengeksplorasi minat dan bakat mereka yang mungkin tidak dapat
dipelajari di dalam kelas. Hal ini dapat membantu siswa menemukan bakat mereka
dan mengembangkannya.
5. Meningkatkan kesehatan fisik
dan kesejahteraan
Kegiatan ekstrakurikuler yang
terkait dengan olahraga atau kebugaran fisik dapat membantu meningkatkan
kesehatan fisik siswa dan membantu mengurangi stres dan kecemasan.
Jadi, Melibatkan siswa di kegiatan
ekstrakurikuler juga dapat membantu mereka merasa lebih terhubung dengan
sekolah mereka dan merasa lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, penting bagi sekolah dan guru untuk
mempromosikan partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dan memberikan
dukungan yang diperlukan bagi siswa yang ingin berpartisipasi
b. Perasaan Orang Tua
Keterlibatannya siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya ada manfaatnya bagi siswa tapi juga ada perasaan bagi orang tua, yaitu:
1. Bangga
Orang tua mungkin merasa bangga
melihat anak mereka tampil dalam kegiatan ekstrakurikuler dan mencapai prestasi
yang lebih tinggi.
2. Khawatir
Orang tua mungkin merasa khawatir tentang
keamanan anak mereka selama berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler atau
waktu yang dihabiskan anak mereka di luar kelas.
3. Cemas
Orang tua mungkin merasa cemas tentang
keseimbangan antara kegiatan ekstrakurikuler dan tugas-tugas sekolah, atau
apakah kegiatan ekstrakurikuler dapat mengganggu keseimbangan kehidupan
keluarga.
4. Antusias
Orang tua mungkin merasa antusias
dan mendukung anak mereka untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka di luar
kelas.
5. Kewalahan
Orang tua mungkin merasa kewalahan dengan
jadwal anak mereka yang padat dan tanggung jawab lainnya seperti pekerjaan atau
tugas-tugas keluarga.
Jadi, penting bagi orang
tua untuk berbicara dengan anak mereka dan mengkomunikasikan perasaan mereka
tentang kegiatan ekstrakurikuler. Orang tua juga dapat berbicara dengan guru
atau pelatih untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kegiatan
tersebut dan bagaimana anak mereka dapat berpartisipasi dengan aman dan
seimbang. Dengan cara ini, orang tua dapat mendukung anak mereka dalam
mengeksplorasi minat dan bakat mereka di luar kelas dengan perasaan yang lebih
tenang dan positif
3. Menyediakan Bimbingan yang Cukup
Setiap siswa yang masuk ke sekolah mempunyai latar belakang yang berbeda- beda, ada siswa yang berasal keluarga yang harmonis dan educated family, dan ada juga dari keluarga broken home/family. Kedua kondisi yang berbeda tersebut tentu mempunyai cara yang berbeda dalam menyikapi dan menanganinnya. Siswa yang berasal dari keluarga terdidik tentu lebih muda dalam mendidik atau menghadapinya; akan tetapi, siswa yang berasal dari broken home/family tentu lebih menantang.
Kondisi yang dialami siswa tersebut tidak akan mempunyai dampak negatif yang signifikan jika di sekolah tersebut mempunyai guidance and consoling yang professional. Penanganan masalah siswa secara profesional tentu mempunyai efek positif yang sangat besar terhadap siswa, karena siswa meranya nyaman dan ada tempat untuk curhat setiap permasalahaan yang mereka hadapi.
4. Membuat Pengalaman Belajar yang Menyenangkan
Keberhasil dan kegagalan siswa dalam belajar di sekolah adalah tergantung pada gurunya, karena peran guru sangatlah besar, guru tidak hanya sebagai teacher yang tugasnya mentranfer pengetahuan pada siswa; akan tetapi guru juga berperan sebagai educator, fasilitator, guide dan lain- lain.
Tugas guru itu tidak hanya membuat siswa mempunyai nilai yang baik atau pada pencapaian knowledge competence saja, akan tetapi jauh lebih penting guru juga bertugas membetuk siswa menjadi manusia yang berakhlak mulia, berprilaku sopan dan membimbing siswa untuk menjadi manusia yang lebih berguna dan lebih baik di masa yang akan datang.
Tugas dan peran guru yang begitu berat tidak akan tercapai jika seorang guru miskin akan pengetahuan dan pengalaman dalam pengajaran. Oleh karena itu, guru dituntut menjadi guru yang profesional, maksudnya guru itu sekurang- kurangnya mempunyai tiga poin utama untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusip dan berhasil, yaitu ketulusan dalam menjalankan tugas, membuat perencanaan yang jelas dan melaksanakan perencanaan tersebut serta melakukan evaluasi dan refleksi.
Guru yang mengajar tanpa perencanaan biasanya cara menyampaikan materinya tidak dilakukan secara tersusun dengan sistematis atau rapi, tapi sesuai kemaunnya secara spontan. Disamping itu, guru tersebut juga sering kali marah- marah atau emosi di kelas jika ada siswa membuat ulah yang kurang menyenangkan. Dengan kata lain, guru tersebut ketika mengajar diawali dengan menanyakan "belajar apa hari ini". Jika materi yang mau diajar aja tidak tahu bagaimana dengan tujuan dan metode, model dan pendekatan apa yang mau digunakan dalam menyampaikan materi, tentu semunya ada persiapan. Kondisi belajar seperti ini sudah bisa diasumsi yaitu gagal menjadi guru yang menyenangkan dan tidak bisa membuat kondisi belajar yang kondusif.
Akan tetapi, tentu akan berbeda dengan guru yang profesional. Guru yang profesional sekurang- kurangnya menerapkan Onewhat and Onehow. Onewhat yaitu guru sudah menyiapkan atau merencanakan apa yang mau diajar dan apa yang mau dicapai, serta sudah tahu atau sudah menyiapkan metode, model dan pendekatan pembelajaran apa yang akan digunakan, dan tentu juga sudah menyiapkan evaluasi sebagai tolak ukur keberhasilannya dalam mengajar.
Jadi, Jika seorang guru ingin berhasil dalam mengajar, maka guru tersebut sekurang- kurangnya tulus dalam menjalankan tugas, inovatif dan kreatif, serta paham One What and One How dalam pembelajaran, insya Alloh kelas akan menyenangkan bagi siswa.
5. Memberikan Penghargaan dan Pengakuan
Reward dan Acknowledgement merupakan dua hal yang sangat penting bagi siswa maupun sekolah itu sendiri. Siswa dan orang tua merasa senang sekali jika anaknya mendapat prestasi dan prestasi tersebut dihargai pihak sekolah; akan tetapi jika prestasi siswa tersebut tidak dihargai maka akan muncul kekecewaan pada siswa dan orang tua.
Siswa dan orang tua juga merupakan bagian team promosi sekolah yang tidak terikat, akan tetapi mempuyai pengaruh yang sangat besar, baik itu positif maupun negatif. Jika siswa merasa nyaman dan orang tua juga senang dan aman menyekolahkan anaknya pada sekolah tersebut, maka tanpa disuruh atau ditugaskan sekolah orang tua sering sekali menceritakan dan mengajak kepada teman-temannya dan tetangganya untuk menyekolahkan anaknya di sekolah anaknya. Ajakan orang tua biasanya lebih berhasil dibandingkan dengan cara lain, karena berkat pengalaman dan pengakuan orang tua tersebut yang dapat meyakini teman dan tetangganya.
Jadi, Reward dan Aknowledgement merupakan hal yang sangat urgent yang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh pihak sekolah.
6. Berkomunikasi dengan Siswa dan Orang Tua
Salah satu faktor keberhasilan atau kegagalan dalam mendidikan siswa adalah communicative competence bagi seorang guru. Di dalam kegiatan pembelajaran ada yang disebut Feedback, yaitu sebuah respon terhadap pekerjaan siswa. Jika siswa dalam mengerjakan tugas atau ulangan ada yang mendapat nilai dibawah KKM atau nilai yang sangat rendah, tentu guru akan memanggil siswa tersebut dan melakukan remedial.
Namun, hal yang sangat penting dan perlu diingat oleh guru ketika memanggil siswanya untuk remedial adalah gunakan kata atau kalimat yang sopan atau baik agar siswa tidak takut, tidak tersinggung dan tidak putus asa dalam mengerjakan tugas atau ulangannya. sebagaiman diungkapkan bahwa seorang guru dalam menerapkan atau menggunakan feedback harus menggunakan polite statement agar siswa tidak tersinggung tapi muncul self-confidence dan self esteam.
Begitu juga komunikasi dengan orang tua, pihak guru atau pihak sekolah sebaiknya berhati2 dalam menggunakan kata atau kalimat ketika berkomunikasi dengan orang tua. Ciptakan dengan gaya komunikasi yang menyenangkan dan penuh keakraban agar kepercayaan orang tua semakin meningkat dan nyaman. Kepercayaan orang tua merupakan kunci keberhasilan sekolah yang berkualitas, karena semakin percayanya orng tua semakin berbondong-bondong masyarakat yang datang ke sekolah.
Demikian urgensinya communicative competence guru atau pihak sekolah kepada siswa dan guuru, karena communicative competence yang baik akan membawa atau berdampak positif bagi sekolah itu sendiri.
Jika 6 langkah tersebut dijalankannya dengan baik maka siswa akan betah di sekolah. Anda setuju? silahkan beri komentar di kolom bawh ini.
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Tulisan yang enak dibaca dan mudah diterapkan.
ReplyDelete